
Di era teknologi cerdas, robot bukan lagi sekadar imajinasi masa depan. Mereka telah menjadi bagian dari kehidupan nyata, mulai dari lini produksi pabrik, rumah sakit, hingga misi penyelamatan dan eksplorasi luar angkasa. Di balik semua itu, ada komponen tersembunyi yang menjadi otak dari setiap operasi robotik: embedded system atau sistem tertanam.
Embedded system adalah sistem komputer khusus yang dirancang untuk menjalankan satu atau beberapa fungsi spesifik dalam sebuah perangkat. Tidak seperti komputer umum yang serbaguna, embedded system dioptimalkan untuk efisiensi, kecepatan, dan stabilitas dalam menangani tugas-tugas tertentu. Sistem ini biasanya terdiri dari prosesor, memori, serta unit input dan output, dan banyak yang dirancang untuk bekerja secara real-time. Teknologi ini ditemukan dalam banyak perangkat sehari-hari seperti kamera digital, sistem navigasi, alat kesehatan, dan tentu saja, robot.
Dalam konteks robotika, embedded system memainkan peran krusial. Ia memungkinkan integrasi sempurna antara perangkat keras seperti sensor dan aktuator dengan perangkat lunak pengontrol yang mengatur logika kerja robot. Sistem ini mengatur bagaimana robot membaca lingkungan sekitar melalui sensor, memproses data tersebut, lalu mengambil keputusan dan melakukan aksi fisik, seperti menggerakkan lengan atau menghindari halangan. Selain itu, embedded system juga mengatur komunikasi antar bagian dalam robot serta koneksi dengan sistem eksternal, baik melalui kabel maupun nirkabel. Efisiensi energi juga menjadi perhatian penting, karena banyak robot bergerak yang mengandalkan baterai untuk menjalankan semua komponen internalnya.
Peran embedded system bisa dilihat dalam berbagai proyek nyata di dunia. Air-Cobot, robot kolaboratif asal Prancis, dirancang untuk melakukan inspeksi pesawat secara mandiri. Ia dapat menavigasi hanggar dan memeriksa bagian-bagian penting pesawat dengan menggunakan sistem tertanam dan sensor canggih. Hospi, robot pengantar dari Panasonic, digunakan di rumah sakit untuk mengantar obat dan sampel laboratorium tanpa campur tangan manusia. Dengan embedded system, ia dapat mengenali rute dan menghindari rintangan secara otomatis. Di Amerika Serikat, CajunBot, kendaraan otonom yang dikembangkan untuk kompetisi DARPA Grand Challenge, mampu menavigasi medan kompleks secara independen berkat sistem tertanam berdaya tinggi yang memproses berbagai input sensorik secara simultan.
Indonesia juga tak ketinggalan dalam inovasi ini. SARbot, robot penyelamat buatan mahasiswa ITS, dirancang untuk membantu proses evakuasi korban gempa di area reruntuhan. Robot ini dilengkapi mikrokontroler dan Raspberry Pi sebagai pusat kendali, serta berbagai sensor seperti kamera dan ultrasonik untuk membantu navigasi dan pengambilan gambar real-time. Dengan lengan servo yang dikendalikan secara presisi, SARbot mampu menjangkau korban yang sulit diakses oleh manusia.
Keberhasilan proyek-proyek ini tidak lepas dari fondasi teknis yang kuat dalam pengembangan embedded system. Literatur ilmiah mencatat berbagai pendekatan dan metode desain embedded system yang adaptif dan hemat energi. Buku seperti Introduction to Embedded Systems oleh Lee & Seshia dan Embedded System Design oleh Marwedel menjelaskan prinsip dasar dan aplikasi praktis sistem ini. Sementara itu, berbagai artikel jurnal dari IEEE dan ResearchGate menyoroti implementasi embedded system dalam robotika modern, termasuk pada robot pemandu tunanetra, robot pengantar, dan robot industri.
Embedded system mungkin tidak terlihat, namun perannya sangat nyata. Ia adalah penghubung antara dunia fisik dan digital, memungkinkan robot untuk berpikir, merespons, dan beradaptasi dalam lingkungan dinamis. Dengan meningkatnya kebutuhan akan otomatisasi dan kecerdasan buatan, embedded system akan terus menjadi pilar utama dalam menciptakan generasi robot masa depan yang lebih cerdas, cepat, dan mampu bekerja berdampingan dengan manusia dalam berbagai sektor kehidupan.